SEJUMLAH jejaring sosial dan broadcast layanan pesan pagi itu ramai memuat informasi meninggalnya Hugo Chaves. Ya, pesan yang menghentakan dunia itu langsung menyebar luas di dunia maya, setelah Wakil Presiden Nicolas Maduro mengumumkan kepergian sang Presiden.
Beragam komentar pun mengalir deras, utamanya ucapan berbela sungkawa tokoh-tokoh dunia, seperti Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad. Tetapi selain ucapan duka, terselip analisa kematian dan politik dari pria yang menghembuskan napas terakhirnya usai 58 tahun itu.
Sejumlah warga Venezuela menuding adanya keterkaitan Dinas Intelijen Amerika Serikat (CIA) pada kematian Chaves, namun tudingan itu dibantah oleh Pemerintah AS. Seperti diketahui, hubungan Chaves dan mantan Presiden AS George Bush tidaklah harmonis.
Sebelum tewas Chavez sempat melontarkan kecurigaan bahwa CIA melakukan perencanaan pembunuhan saat pesawat yang ditumpanginya mendarat di El Savador.
Chaves memang dikenal sebagai sosok yang anti-Amerika. Dia pun dekat dengan tokoh-tokoh dunia yang kurang harmonis dengan Negeri Paman Sam, misalnya Presiden Suriah Bashar al-Assad, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, dan si anjing gila dari Timur Tengah, Moammar Khadafi yang sudah lebih dulu wafat.
Namun hubungannya dengan Amerika mulai mereda setelah Barack Obama naik ke tampuk kepresidenan. Bahkan, Gedung Putih berdalih akan terus mencari hubungan fungsional dan produktif dengan Venezuela. "Amerika tetap terbuka untuk dialog dengan Venezuela pada berbagai isu seperti narkotika, terorisme, dan hubungan komersial antara kedua negara, termasuk energi," demikian seperti diungkapkan oleh Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney, dalam sebuah keterangannya di situs Whitehouse.gov.
Sekarang kita tidak bisa lagi mendengarkan pernyataan Hugo Chaves yang berapi-api. Namun, jangan lupa bahwa pria yang sangat nasionalis ini, memiliki loyalis yang bisa jadi menjadi "generasi" penerus.
Selamat Jalan Hugo Chaves...
